
Jakarta, 18 Februari – Wakil Menteri Keuangan Indonesia pada Selasa menegaskan bahwa total anggaran yang dihemat pemerintah melalui langkah-langkah efisiensi tetap sebesar 306 triliun rupiah ($18,8 miliar), meskipun Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyebutkan angka yang jauh lebih besar.
Pada akhir pekan, Prabowo mengklaim dalam acara partai politiknya bahwa pemerintah telah berhasil menghemat 750 triliun rupiah melalui program efisiensi. Menteri Perumahan Rakyat kemudian membagikan slide di Instagram yang merinci angka tersebut sebagai pemotongan belanja bersih sebesar 550 triliun rupiah dan penerimaan dividen dari perusahaan negara sebesar 200 triliun rupiah, yang disebutnya sebagai “total penghematan di tangan presiden Indonesia.”
Ketika dimintai tanggapan terkait angka yang disebutkan Prabowo, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa efisiensi yang dilakukan pemerintah tetap mengacu pada angka dalam dokumen Inpres, yaitu 256 triliun rupiah untuk kementerian dan lembaga, serta 50 triliun rupiah untuk transfer ke pemerintah daerah. Ia tidak memberikan komentar lebih lanjut mengenai angka yang lebih besar yang disebutkan oleh presiden, sementara juru bicara presiden belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
“Efisiensi anggaran bertujuan untuk mengalihkan dana ke kegiatan yang lebih produktif dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” ujar Suahasil.
Sebelumnya pada hari yang sama, dalam presentasi kepada Dewan Perwakilan Daerah, Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa rencana belanja total tahun 2025 tetap sebesar 3.621,3 triliun rupiah dengan perkiraan defisit 2,53% dari PDB, sesuai dengan angka yang telah disetujui parlemen tahun lalu.
Bulan lalu, Prabowo menginstruksikan pemerintahannya untuk memangkas pengeluaran yang tidak perlu sebesar 306 triliun rupiah, termasuk memotong setengah anggaran untuk upacara dan perjalanan dinas kementerian serta lembaga pemerintah.