Pemerintah Resmi Luncurkan Program Makan Siang Gratis

JAKARTA, Indonesia — Pemerintah baru Indonesia memulai proyek ambisius senilai $28 juta pada hari Senin untuk memberi makan hampir 90 juta anak-anak dan ibu hamil guna memerangi kekurangan gizi dan stunting meskipun para kritikus mempertanyakan apakah program nasional tersebut terjangkau.

Program Makanan Bergizi Gratis ini merupakan perwujudan janji kampanye Presiden Prabowo Subianto, yang tahun lalu terpilih menjadi pemimpin negara berpenduduk lebih dari 282 juta jiwa dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Ia mengatakan program ini bertujuan untuk memerangi hambatan pertumbuhan yang dialami 21,5% anak-anak Indonesia yang berusia di bawah 5 tahun dan akan meningkatkan pendapatan petani serta nilai panen mereka

Presiden Prabowo Subianto telah berjanji untuk mempercepat pertumbuhan PDB menjadi 8% dari 5% saat ini.

Dalam pidato pelantikannya pada bulan Oktober, Subianto mengatakan banyak anak kekurangan gizi dan janjinya untuk menyediakan makan siang sekolah dan susu gratis kepada 83 juta siswa di lebih dari 400.000 sekolah di seluruh negeri merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mengembangkan sumber daya manusia bangsa untuk mencapai generasi “Indonesia Emas” pada tahun 2045.

“Banyak sekali saudara-saudari kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, banyak sekali anak-anak kita yang bersekolah tanpa sarapan, dan tidak punya baju untuk sekolah,” kata Subianto.

Program andalan Prabowo, yang mencakup susu gratis, bisa menghabiskan biaya hingga 450 triliun rupiah (US$28 miliar). Ia mengatakan timnya telah membuat kalkulasi untuk menjalankan program semacam itu, dan “Kami mampu,” tegasnya.

Target pemerintah adalah menjangkau 19,47 juta anak sekolah dan ibu hamil pada tahun 2025 dengan anggaran sebesar 71 triliun rupiah ($4,3 miliar) untuk menjaga defisit tahunan di bawah pagu yang ditetapkan sebesar 3% dari PDB, kata Dadan Hindayana, kepala Badan Gizi Nasional yang baru dibentuk.

Hindayana mengatakan uang itu akan membeli sekitar 6,7 juta ton beras, 1,2 juta ton ayam, 500.000 ton daging sapi, 1 juta ton ikan, sayur dan buah, dan 4 juta kiloliter susu, dan setidaknya 5.000 dapur akan didirikan di seluruh negeri.

Pada hari Senin, sebuah truk yang membawa sekitar 3.000 porsi makanan tiba sebelum jam makan siang di SD Cilangkap 08, sebuah sekolah dasar di kota satelit Jakarta, Depok. Sebanyak 740 siswa diberikan piring berisi nasi, tumis sayur, tempe, tumis ayam, dan jeruk.

“Kami mengirimkan tim ke setiap sekolah untuk memfasilitasi distribusi makanan kepada siswa setiap hari,” kata Hindayana, seraya menambahkan bahwa program ini akan menyediakan satu kali makanan per hari untuk setiap siswa dari pendidikan anak usia dini hingga tingkat sekolah menengah atas, yang mencakup sepertiga dari kebutuhan kalori harian anak-anak, sementara pemerintah menyediakan makanan tersebut tanpa biaya kepada penerimanya.

Namun program populis ini telah menuai kritik dari para investor dan analis, mulai dari pencampuran dengan kepentingan kelompok lobi industri atau skala logistik yang dibutuhkan, hingga beban keuangan dan perekonomian negara Indonesia.

Peneliti ekonomi dari Pusat Studi Ekonomi dan Hukum, Nailul Huda mengatakan dengan kondisi fiskal Indonesia yang ketat, keuangan negara tidak cukup kuat menopang beban fiskal dan ini akan berujung pada penambahan utang negara.

“Itu tidak sebanding dengan dampak program makan gratis yang juga bisa salah sasaran,” kata Huda, “Beban APBN kita terlalu berat kalau dipaksakan mencapai 100% dari target penerima, dan akan sulit bagi pemerintahan Prabowo untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.”

Ia memperingatkan hal itu juga dapat memperburuk neraca pembayaran luar negeri negara tersebut, yang sudah menjadi importir utama beras, gandum, kacang kedelai, daging sapi, dan produk susu.

Namun Reni Suwarso, Direktur Institute for Democracy, Security and Strategic Studies mengatakan angka stunting di Indonesia masih jauh dari target penurunan 14% pada tahun 2024.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stunting nasional sebesar 21,5%, turun sekitar 0,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF memperkirakan satu dari 12 anak Indonesia yang berusia di bawah 5 tahun mengalami kurus kering sementara satu dari lima anak mengalami stunting.

Tinggalkan Balasan