
Ciputat, Tangerang Selatan – Riuh rendah menyelimuti suasana di Halte Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jumat sore (9/5/2025). Gema orasi terdengar lantang hingga kejauhan beberapa meter. Pekikan takbir, seruan kemerdekaan Palestina, ucapan semangat dari pengendara motor yang lewat, hingga klakson mobil karena tersendat kemacetan menambah keramaian tersebut.
Kegiatan bertajuk “Jumatan Sore-Sore” yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswi UIN Jakarta menarik perhatian civitas academica dan khalayak umum. Tagar “#KampusBersamaPalestina” mereka gaungkan lewat pengeras suara beberapa kali. Poster-poster bernada dukungan untuk Palestina tak luput dari genggaman tangan para peserta aksi yang hadir.
Mahasiswa yang menjadi dinamisator Jumatan Sore-Sore, Muhammad Rafli, mengungkap bahwa aksi ini insyaAllah akan dirutinkan setiap hari Jumat. Kehadiran aksi di sini untuk mewakili seluruh mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat yang masih memiliki rasa solidaritas untuk Palestina.
“Kehadiran kami untuk mengambil peran sebagai pemuda, agen perubahan yang akan meneruskan estafet kepemimpinan negeri ini serta untuk umat dan bangsa. Kita menyaksikan genosida masih terjadi dan dunia terlalu sering memilih diam. Pembantaian etnis tertentu yang dilakukan oleh zionis Israel tidak dapat dibiarkan begitu saja. Palestina berhak hidup damai, Palestina berhak merdeka,” ucap Rafli.
Aksi berlanjut meski langit makin gelap. Peragaan bayi-bayi yang dikafani dengan bercak darah dijejerkan di aspal dengan alas. Agenda aksi salah satunya adalah orasi. Orasi disampaikan oleh beberapa mahasiswa/i UIN Jakarta, yaitu Abdurrahman (semester 2), Laila Nurrahma (semester 4), Ahmad Yasin (semester 4), dan Edho Naufal (semester 6).
Mahasiswi yang juga menjadi orator, Laila, dalam orasinya kebanyakan mengangkat soal peran perempuan di Palestina. Perempuan Palestina yang kehilangan suami, anak, bahkan tubuh mereka tak luput dari kekejaman zionis Israel, masih tetap berdiri, tetap tegar, dan tetap melawan. Sebagai perempuan, ia mengajak perempuan Indonesia agar berdiri bersama untuk Palestina.
“Saya berdiri di sini, sebagai mahasiswi juga sebagai perempuan, mewakili suara yang tak akan pernah rela melihat perempuan Palestina diperlakukan tanpa kemanusiaan. Lalu, apa yang bisa kita lakukan dari sini? Kita bersuara, kita bergerak, dan kita lawan narasi yang membenarkan genosida! Untuk semua ibu, saudari, dan anak perempuan di Gaza maupun di wilayah lain Palestina, saksikanlah bahwa kami mendengar kalian. Kami bersama kalian dan kami akan terus bersuara sampai Palestina merdeka,” kata Laila dalam orasinya.
Kegiatan Jumatan Sore-Sore pun ditutup dengan lantunan doa oleh seorang mahasiswa. Dengan semangat yang masih membara, para peserta perlahan membubarkan diri.